Showing posts with label Dongeng. Show all posts
Showing posts with label Dongeng. Show all posts

Putri Warna Warni

Di sebuah hutan yang lebat, jauh dari keramaian manusia, hiduplah seorang ibu tua yang mempunyai seorang anak perempuan yang cantik rupawan. Tapi ada suatu keunikan pada anak itu. Kulit tubuh anak perempuan itu bisa berubah-ubah warnanya. Jika ia duduk di atas rumput, kulitnya berubah menjadi hijau. Jika ia makan buah sawo, kulitnya berubah menjadi coklat. Dan pada saat malam tak berbintang, kulitnya menjadi hitam kelam. Ia pun dijuluki Si Putri Warna-Warni dan sering diolok-olok.

Karena itu, ia hanya punya satu teman, yaitu si Bunglon, “Wahai, putri warna-warni yang baik hati, apa yang sedang kau pikirkan? Mengapa wajahmu muram sekali, padahal matahari bersinar cerah!”

“Oh Bunglon sahabatku, aku malu dengan keadaanku. Aku tak punya teman manusia karena semua orang menganggap aku aneh dan menggelikan. Bahkan, lebih buruk lagi, banyak yang takut padaku.” Sang putri berkata. ”Aku tak takut padamu. Kau baik hati dan selalu sayang pada semua hewan di hutan ini. Aku senang berteman denganmu, putri.” sang bunglon berusaha menghibur sang putri.

Putri Warna-Warni dan Bunglon memang berteman baik. Mereka pun bermain di hutan sampai malam datang. Bulan yang bersinar cerah membuat hutan kelihatan berkilauan. ” Waaah...bulan terlihat sangat cantik malam ini, Bunglon! Lihat! Sinarnya yang keperakan menembus sela-sela pepohonan.” sang putri berkata sambil terus menatap bulan di langit. ” Bukan hanya bulan yang tampak cantik malam ini, Putri. Dirimu sendiri terlihat berkilauan terkena cahaya bulan.” sang bunglon berkata.
”Ah, kau pasti hanya ingin menyenangkan aku kan, Bunglon.” sang putri berkata, tiba – tiba terdengar suara dedaunan terinjak, sang putri pun kaget dan berteriak, ”Hah, siapa itu? Siapa kau? Tunjukkan dirimu!” Tiba – tiba terdengar suara langkah kaki dan muncullah seorang pangeran, ” A...aku ...aku pangeran dari negri seberang...aku tertinggal rombongan saat berburu kijang tadi siang...aku tak bermaksud jahat...aku hanya..terpesona..”

”Oh jadi kau yang membuat kawanan kijang lari ketakutan tadi siang? Huh, pemburu tak tahu diri. Jangan macam-macam kau!” sang putri berkata dengan ketus. ”Maafkan aku... menurut kebiasaan, setiap pangeran harus mahir berburu...tapi putri...aku bersedia meninggalkan kebiasaan itu jika...jika kau mau ikut aku ke istana Tidak hanya cantik, kau juga pemberani dan baik hati...aku ingin menjadikanmu permaisuriku. Kalau kau setuju, aku akan menjemputmu 3 hari lagi.” sang pangeran berkata.

Putri Warna-Warni sangat terkejut mendengar permintaan sang pangeran. Segera ia berlari kembali ke rumah untuk meminta pendapat sang ibu. Putri Warna-Warni dan sang ibu akhirnya setuju untuk diajak ke istana. Putri begitu bahagia membayangkan akan hidup di istana dan serba berkecukupan. Saking senangnya, putri sampai bermimpi tentang pernikahannya. Tapi ia juga bermimpi tentang hal lain. Ia bermimpi bahwa sang Pangeran sedih setelah mengetahui bahwa kulit Putri warna-warni berubah-ubah terus. Kadang terlihat cantik, kadang terlihat jelek. Mimpi itu membuat Putri gelisah.
Putri masih mempunyai waktu 2 hari sebelum dijemput sang Pangeran. Ia menghabiskan waktu dengan berpikir dan berdoa, mohon petunjuk Yang Maha Kuasa. Ketika malam menjelang, Putri Warna-Warni kembali bermimpi. Seorang pertapa sakti muncul di mimpinya, ”Hai putri yang cantik. Mudah sekali cara menyembuhkan perubahan warna kulitmu itu. Makanlah daging bunglon temanmu itu, maka kulitmu akan normal kembali.” sang pertapa dalam mimpi tersebut berkata.

Ketika terbangun, putri langsung menceritakan mimpinya kepada si Bunglon sahabatnya. Dan ternyata, Bunglon mengalami mimpi yang sama! Dan akhirnya si Bunglon pun berkata, ” Sahabatku yang baik, mimpiku juga sama dengan mimpimu. Seorang pertapa sakti memintaku untuk bersedia memberikan tubuhku untuk kesembuhanmu. Aku bersedia membantumu, Putri, asal hidupmu bahagia bersama Pangeran.”

”Tak mungkin aku melakukan itu, Bunglon! Tak mungkin! Kau satu-satunya sahabatku, tak mungkin aku mau memakanmu!” sang putri berkata. Tapi si bunglon tetap meminta sang putri untuk memakannya, demi kesembuhan sang putri. ”Tak akan kulakukan itu, Bunglon sahabatku. Tak akan, sampai kapan pun! Biarlah aku tak jadi permaisuri, harta-benda tak penting bagiku. Biarlah aku menjadi Putri Warna-Warni seperti ini saja.” sang putri tetap pada keputusannya.

Tepat setelah Putri mengucapkan kata-kata itu, terjadi perubahan yang menakjubkan! Kulit Putri Warna-warni yang tadinya berwarna coklat karena duduk di batang pohon, tiba-tiba perlahan berubah menjadi kuning langsat. Kulitnya sangat indah dan halus. Itu karena Putri telah membuktikan bahwa ia berhati mulia. ia tak mau mengorbankan temannya demi kesenangan pribadi. Teman yang baik itu memang harus saling menyayangi ya.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Mimpi Kuda Poni

Kuda Poni adalah kuda yang memiliki badan yang lebih kecil dari kuda biasanya. Selain badannya yang kecil, kuda poni juga suka bertingkah laku yang lucu lho!! Seperti kisah kita kali ini, ada seekor kuda poni yang sedang bermain-main, di daerah yang rimbun dengan pepohonan subur yang ada di sekitarnya. Kadang dia berlari-lari, kemudian berhenti lagi…berlari lagiiii… berputar, dan hup !! melompat tinggi – tinggi. Lucu deh!

Tapi sebenarnya kuda poni kita ini lagi ngapain yaa? Yuuk!! Kita dengar apa katanya, ”Cihhuuuiiiii…hahahaha aku berlari kencang…..!! Daaaannnn……Siap terbang….!!” si Kuda Poni berkata kegirangan.

Lho kok ingin terbang. Aneh ya. Rupanya kuda poni itu kepingin sekali bisa terbang. Tapi apa bisa yaa?? Ya pasti gak bisa doong. Gak ada kuda yang bisa terbang. Tapi kok dia tetep mencoba terus yaa. Wah wah wah !! Gimana kalau hewan lain melihat kelakuan kuda poni yang ingin terbang itu ya?? Coba kita tengok yuk!

“Horrreee…. Aku ingin terbang…..!!! Siaaaapp….. satu… duaa…. Tigaa !!! Hup !! ….aduh !!!!!” si Kuda Poni terjatuh setelah mencoba untuk terbang. Wah, kuda poni itu jatuh lagi… kasihan ya..!! Eh…!! Tapi ada siapa itu…!!

”Huahahahaahahaha…..Kuda poni, kamu memang aneh…!! Iya ..!!!! mana ada kuda bisa terbang…!! Hahahahaha…. Hiiihihihi.. Kalau aku burung memang punya sayap !! jadi aku bisa terbang…!! Tapi kalau kamu…….. huahahahahaha !!” ternyata itu adalah binatang – binatang lain yang mengejek si Kuda Poni.

Rupanya teman-teman hewan yang lain pada menonton dan mentertawakannya. Tapi kuda poni malah mendapatkan akal lain untuk bisa terbang. Dia memang kuda poni yang keras kepala.

”Hhh… aku sekarang tahu !! Kawanku burung bisa terbang karena punya sayap !! Berati aku juga harus punya sayap supaya bisa terbang…!!” si Kuda Poni berkata dalam hati sambil terengah – engah karena kehabisan napas setelah terus – terusan mencoba untuk terbang.

Wah kuda poni memang pantang menyerah. Sekarang dia mencoba untuk membuat sayap, darii…… Lho…?! Ngapain dia mengumpulkan semua ranting dan daun itu? rupanya sekarang dia mencoba membuat sayap-sayapan yang terbuat dari ranting dan daun yang diikat. Hhhmmm…Coba kita lihat, bagaimana hasilnya?

”Ahhh…!! Sekarang sayapku sudah jadi… Aku akan mencobanya, dan pasti aku bisa terbang… cihuuuiii !!! Satuuuu…. Dua….” si Kuda Poni berkata kegirangan. ” Tiiiiiii…ga !!!!!!! Wiiiiiii !!! Aduuh !!” si Kuda Poni terjatuh lagi dan disambut dengan suara tertawa hewan – hewan lain.

Kasihan kuda poni adik-adik, dia sekarang malah makin deitertawakan dan diledek hewan lainnya.. ”Hihihi… kuda poni, sayap yang kamu buat itu bukan sayap asli… Ya pasti kamu gak bisa terbang…. Lihat sayapku… ini baru sayap asli… Hanya bangsa burung yang yang bisa terbang… !! Sudahlah Poni…. Menyerah saja…” si Burung Pipit mencemooh si Kuda Poni.

”Hhh… mungkin burung pipit betul,…Aku kuda yang tidak mungkin terbang” si Kuda Poni berkata dalam hati dengan sedih.

Kuda poni yang bersedih, akhirnya pergi menjauh dari teman-teman hewan yang lainnya.. Sambil berjalan menunduk, ia melangkah gontai. Kasihan kau Poni!! Tapi tiba-tiba, Kuda Poni melihat sesuatu adik-adik. Ia melihat dari kejauhan ada sarang burung pipit yang bergoyang kena angin, dan hampir jatuh. Aduuuhhh….!! Padahal didalam sarang itu ada telurnya.

Kuda poni kemudian mengambil ancang-ancang dan berlari kencang untuk menyelamatkan sarang burung yang berisi telur itu !! Daaann… Hup !! Horreee…. !!

Wah Kuda poni hebat!! Tepat sebelum telur itu terjatuh ke tanah, kuda poni berhasil menangkapnya. Ibu Burung sangat berterima kasih kepada kuda poni karena berhasil menyelamatkan telur. Dan sebagai tanda terima kasih, bu burung ingin sekali memberikan hadiah kepada kuda poni. Adik-adik tahu gak apa yang dibisikkan Kuda poni kepada bu burung? ”Terima kasih kuda poni yang baik, aku ingin memberikan hadiah kepadamu, Apa yang kau inginkan..??”

”Eee… a..ak..aku ingin …b-b-b… bisss…sa terbang Bu burung..” si Kuda Poni berkata sambil malu – malu. Lalu Bu Burung meminta kuda poni untuk memejamkan matanya.

Dan pada saat membuka matanya, kuda poni kaget, adik-adik… Ternyata ia sedang terbang! "Wiiiiii….hahahahah….aku bisa terbang…!!!!” si Kuda Poni berteriak kesenangan.

Kuda poni ternyata berdiri diatas sebuah karpet yang diterbangkan oleh riatusan burung, „Wiiiiii… aku kuda yang bisa terbang….. hahahahaha” si Kuda Poni berteriak kesenangan.

Semua hewan-yang lain ikut kegirangan melihat kuda poni sekarang terbang tinggi bersama ratusan burung. Hari itu menjadi hari terindah dalam hidup kuda poni..

Jadi…Siapa bilang impiannya tidak bisa jadi nyata??

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Semut Yang Hemat

Di sebuah negri di tepi sungai, tersebutlah sebuah desa yang penduduknya hidup dengan aman, damai, dan sangat berkecukupan. Sebagian besar penduduk desa itu bekerja sebagai saudagar barang-barang berharga. Desa itu memang terkenal kaya raya karena di desa itu terdapat tambang intan. Tapi sayangnya, penduduk desa itu suka menghambur-hamburkan uang. Padahal menghamburkan uang itu kan tidak baik ya. Kepala desa itu pun sering khawatir melihat perilaku warganya. Ia sering berjalan-jalan ke hutan sendirian sambil berpikir, apa yang seharusnya ia lakukan terhadap warga desanya. Nah, tiba-tiba pada suatu hari, saat kepala desa sedang berjalan-jalan di hutan.

” Tidaaak, jangan injak akuuuu” teriak si semut. ”Hah? Suara siapa itu? Di sini kan tidak ada siapa-siapa..!” Kepala Desa bingung sambil melihat ke kanan dan ke kiri. ”Aku di sini! Di bawah! di tanah!” semut berusaha berteriak sambil loncat – loncat supaya terdengar oleh kepala desa. ”Di tanah? Lho…apakah kau yang bicara padaku, semut?” kepala desa akhirnya melihat semut dan berjongkok supaya suara semut lebih terdengar. ”Aku tadi melamun, tapi mengapa kau sendirian saja, semut? Bukankah kau biasanya selalu bersama saudara-saudaramu?” tanya sang kepala desa.

”Itulah, tuan…hiks…hiks…aku kehilangan saudara-saudaraku…tadi ketika kami berjalan berbaris mencari makan, aku tertarik pada bunga yang jatuh di tanah. Jadi aku main-main dulu dengan bunga itu…tapi ternyata ketika aku sadar, saudara-saudaraku sudah tak ada” semut bercerita sambil menangis tersedu – sedu. ”Hmm begitu…sudahlah semut kecil, jangan bersedih. Apakah kau mau ikut denganku? Akan kuberikan kau makanan yang cukup. Lagipula…tampaknya aku butuh teman bicara..” kepala desa akhirnya memasukkan semut kedalam kotak korek api untuk dibawa kerumahnya.

”Nah, kita sudah sampai, semut. Kau akan kutaruh di rak buku dan ini janjiku, sepotong roti. Setiap bulan akan kuberikan kau sepotong roti tapi kau jangan nakal ya.” kepala desa menaruh semut kemudian mengambil sepotong roti di dapur. ”Wah, tempat ini kering dan hangat. Asik sekali. Terima kasih untuk rotinya, ya…” semut merasa senang dan mulai melahap rotinya.

Maka Kepala Desa dan Semut berteman baik. Namun tiba-tiba terjadi musibah di desa itu. Tanggul yang menahan air sungai mendadak jebol. Air mengalir deras sekali ke desa itu. Semua orang panik! Oh, kekacauan di mana-mana. Air bah menyapu bersih rumah-rumah penduduk beserta segala harta-benda warga. Tambang intan yang menjadi mata pencaharian utama para penduduk pun longsor diterjang air itu. Untung saja seluruh penduduk selamat. Mereka semua berkumpul di rumah kepala desa yang terletak di dataran yang lebih tinggi.

“Tenang..tenanglah wargaku…kalian aman di sini.” Kepala desa berusaha untuk menenangkan warganya yang masih panik. “Bagaimana kami mau tenang? Rumah dan harta benda kami semua hanyut terbawa air bah!” seorang bapak warga desa mulai panik. “Apa yang harus kami lakukan? Kami tak punya persediaan apapun!” seorang ibu pun tidak kalah panik. ”Tenang dulu…tenangkan diri kalian…sementara itu mari kukenalkan pada sahabatku, si Semut.” Sambil berkata begitu, Kepala Desa membuka kotak korek api tempat tinggal si semut.

“Lho, mengapa masih ada separuh roti di sini? Semut, apakah kau tak suka jatah roti yang kuberikan untuk satu bulan itu?” kepala desa merasa bingung. Bukan begitu, sahabatku. Aku makan sedikit-sedikit supaya jika ternyata kau lupa untuk memberiku makan atau sedang pergi, aku masih punya persediaan. Maafkan aku, sahabat, aku tak bermaksud menyinggungmu.” Semut berkata dengan nada sedikit ketakutan.

Semua orang yang berada di rumah Kepala Desa mendengar perkataan si Semut. Dan mereka semua tertegun. Si Semut yang hanya memiliki sepotong roti saja, bisa berhemat dan berpikir untuk menyimpan persediaan untuk saat-saat sulit. Seluruh warga desa akhirnya menyadari kesalahan yang mereka lakukan selama ini, yaitu menghambur-hamburkan uang dan tidak menabung. Akhirnya, setelah air bah itu reda, warga desa bahu-membahu membangun desa mereka kembali dengan apa yang ada. Mereka tidak lagi hidup berlebih-lebihan. Memang, sekarang desa itu bukan lagi desa terkaya di seluruh negri, tapi warga desa itu bahagia, aman dan tentram.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Kisah Nuri dan Kenari

            Seekor Kenari tinggal di rumah Pak Joko. Di sebelahnya, rumah Pak Tardi, tinggal pula seekor Nuri. Setiap pagi kedua sangkar burung itu diletakkan di tempat yang berdekatan. Kenari dan Nuri saling bercerita dan bercanda.
             Suatu hari, sangkar Nuri diganti dengan yang baru. Sangkar itu dihiasi ukiran dan berwarna cerah. Nuri senang sekali tinggal di sangkar barunya.
             "Hei, Kenari. Lihatlah sangkarku. Jauh lebih bagus daripada punyamu," kata Nuri pamer.
             "Wah, iya, indah sekali. Pak Joko tak akan mampu membelikan aku sangkar seperti itu," kata Kenari sambil tersenyum.
             "Yah, memang nasibmu yang sial. Tinggal di sangkar jelek terus. Kenari, kamu pasti tidak tahu, bagaimana rasanya tinggal di sangkar yang bagus. Rasanya seperti di surga, haha..."
             Begitulah, hampir setiap hari, Nuri mengejek Kenari dan memamerkan sangkar mewahnya itu. Kadangkala, Kenari sedih juga. Namun ia tetap bersyukur karena Pak Joko baik dan selalu memperhatikannya.
             Suatu sore, turunlah hujan rintik-rintik. Pak Joko bergegas memasukkan sangkar Kenari ke dalam rumah. Sementara itu, Nuri masih berada di sangkarnya di teras rumah. Pak Tardi memang sedang keluar kota. Rupanya Pak Tardi lupa memasukkan sangkar Nuri.
             Hujan turun semakin deras. Nuri bingung dan melompat-lompat di dalam sangkar. Suaranya mencicit-cicit minta tolong. Badannya mulai menggigil kedinginan.
             Kenari yang mendengar teriakan Nuri, ikut mencicit keras. Ia ingin menarik perhatian Pak Joko agar menolong Nuri. Pak Joko ternyata bisa menduga arti cicitan bersahutan Nuri dan Kenari. Segera Pak Joko membawa Nuri masuk ke dalam rumahnya.
             "Untung saja kau ikut berteriak. Pak Joko jadi menolongku. Terima kasih," kata Nuri senang.
             "Kita kan berteman. Jadi harus saling membantu," jawab Kenari.
             "Ya, kita berteman. Tapi sepertinya aku bukan teman yang baik. Aku sering mengejekmu. Ternyata, Pak Tardi hanya mempedulikan sangkarku. Ia tak peduli padaku, sampai membiarkan aku di luar rumah," ucap Nuri sedih.
             "Sudahlah, Nuri. Yang penting kamu sekarang selamat."
             Kedua burung dalam sangkar itu tersenyum ceria. Nuri pun berjanji tidak akan mengejek Kenari lagi.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Pando Mencari Teman Bertualang

Pando adalah seekor anak beruang. Ia jantan, tampan, gendut dan pandai. Seperti induk-induk beruang lainnya, ibu Pando juga sering menasihatinya, "Jangan pergi jauh-jauh, Pando. Dekat-dekat saja sama Ibu. Kamu masih kecil. Banyak bahaya jika kamu pergi jauh-jauh. Kamu bisa dimangsa hewan besar, masuk dalam perangkap, atau dipagut ular berbisa!"
Akan tetapi, Pando ingin bertualang. Ia membayangkan senangnya berjalan-jalan di hutan bersama teman. Sayangnya, tak ada anak beruang lainnya yang mau menentang nasihat ibu mereka.
Ketika ibunya lengah, Pando pun pergi sendiri. Mula-mula ia bertemu seekor anak rajawali. Ia mengajak anak rajawali itu bertualang bersamanya. Namun, anak rajawali itu berkata, "Aku tidak suka berjalan. Aku suka terbang tinggi. Kalau kamu bisa terbang, ayo kita bersama-sama mengarungi angkasa!"
"Yaaa, aku tidak bisa terbang. Kata ibuku tulang kami padat, jadi kami tidak bisa terbang!" Kata Pando sedih. "Lagi pula kami, kan, tidak mempunyai sayap!"
"Iya, kata ibuku, kami bangsa burung memiliki tulang yang berongga dan kami mempunyai sayap, jadi kami bisa terbang!" kata anak burung rajawali.
Pando melanjutkan perjalanannya sendirian. Ia bertemu seekor anak zebra yang sedang makan rumput di dekat kawannya. Ketika Pando mengajaknya bertualang, anak zebra berkata, "Wah, kuda zebra dewasa saja tidak berani berjalan sendiri meninggalkan kelompok. Kalau kami sendirian, musuh akan menerkam kami dengan mudah. Kalau berkelompok, musuh akan melihat kami sebagai kesatuan, seperti benda belang hitam putih yang besar sekali. Jadi kita aman!"
Pando pamit dan berjalan lagi. Setiba di sebuah gua besar ia melihat dua ekor anak harimau. Pando memperkenalkan namanya dan menyampaikan maksudnya. Salah seekor anak harimau itu berkata, "Ibu kami sedang berburu. Kami disuruh menunggu di sini, karena ini gua yang aman. Kami tidak boleh keluar." Pando menghela nafas. Susah amat sih mencari teman bertualang.
"Sepertinya tidak ada yang mau ikut bertualang bersamaku!" keluh Pando pada anak-anak harimau itu.
"Saya mau, kok!" terdengar sebuah suara yang halus. Pando menoleh ke arah suara itu. Aaaah, seekor anak ular yang bersisik hitam kekuningan. "Saya juga sendirian, saya kesepian!"
Waaah, Pando siap berlari pergi. Itu, kan, ular berbisa.
"Sana, sana, menjauh dariku. Ibumu pasti ada di dekat sini. Ibumu sangat berbahaya!" Kata Pando panik.
"Tidak, Pando!" Kata anak ular dengan manis. "Sejak lahir, ibuku tidak peduli padaku dan saudara-saudaraku. Malah aku tidak tahu ibuku ada dimana. Kami dibiarkan mencari makan dan berkelana sendiri. Semua saudaraku sudah mati dimangsa, diburu, kepanasan, kedinginan atau kelaparan. Aku serius, aku mau menemanimu bertualang!"
"Ah, kasihan sekali kamu. Ibuku menjagaku baik-baik dan memberiku makanan enak!" kata Pando. Tiba-tiba  saja ia teringat pada ibunya. Mungkin ibunya sekarang sedang bingung kehilangan dia.
"Hei, hei, kalian berdua pergilah. Kalau ibu kami datang, kalian berdua dalam bahaya. Ibuku paling tidak suka     kalau ada hewan berada di dekat anak-anaknya!" tegur salah satu anak harimau.
Pando tidak merasa aman berteman dengan anak ular. Ia pun pergi berlari sambil berseru, "Maaf ya, teman. Ibuku pasti sedang mencariku. Aku harus pulang!" Tubuhnya yang gemuk pendek bergoyang-goyang ketika berlari. Tiba-tiba..... BHUK! BHUK!
Dua pukulan keras menghantam pantat Pando sampai ia terjatuh. Pando sangat terkejut dan kesakitan. "Mati aku!" Pikir Pando. Dengan gemetar ia bangkit dan menatap penyerangnya. Puuuh, Pando bernafas lega. Di hadapannnya berdiri ibunya dan memandangnya dengan marah.
"Anak nakal! Sudah ibu bilang jangan pergi jauh-jauh. Ini malah mendekati anak harimau dan ngobrol dengan anak ular!" omel  Ibu Pando.
"Maafkan Pando, Bu!" Ujar Pando tetap gembira walau dimarahi.
"Bu, ibu ular itu tidak menjaga anak-anaknya. Semua saudara anak ular itu sudah mati!" Kata Pando. "Tetapi Ibu menjagaku dengan sangat baik!"
"Iya, tapi kamu malah bandel!" Kata ibu Pando masih jengkel.
"Bu, aku berjanji akan dekat-dekat ibu selamanya!" Kata Pando sungguh-sungguh.
"Iiih, tidak perlu selamanya!" Kata ibu Pando. "Bila sudah dewasa seperti ayahmu, kamu boleh bertualang kemana saja. Pada waktu itu, kamu sudah bisa melindungi dirimu sendiri. Jadi sabar saja sampai kamu dewasa!"
Wah, Pando senang sekali mendengar penjelasan ibunya.
"Sekarang, aku janji akan belajar dengan rajin, Bu!" kata Pando manja. "Aku juga harus makan yang banyak ya, Bu, supaya cepat besar!"
Ibu Pando tertawa.
"Kasihan, kamu sudah lapar yaaa?" kata ibunya. "Nanti makan yang banyak kalau sudah sampai di rumah." Malu-malu Pando mengangguk. Dan mereka berdua mempercepat langkah menuju rumah mereka.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS

Gesha Benci Selasa

"Gesha benci Selasa!!!" teriak Gesha keras. Gadis berumur 10 tahun ini duduk di kelas 4 SD. "Gesha benci Selasa!!!" teriaknya lagi sambil membanting tas sekolah ke tempat tidurnya.
"Gesha kenapa, sih? Pulang sekolah, kok, marah-marah?" Ibunya datang tergesa mendengar teriakan puterinya itu.
"Gesha benci Selasa, Bu! Kenapa sih, Gesha selalu sial di hari Selasa?" tangisnya.
Hari itu memang hari Selasa. Dan hari itu, memang cukup sial buat Gesha. Tadi di sekolah, tongkat yang membantunya berjalan disembunyikan oleh teman-temannya yang usil. Nilai ulangan Bahasa Indonesia-nya juga jeblok. Padahal itu pelajaran kegemarannya.
Gesha teringat, dulu ia mengalami kecelakaan pada hari Selasa juga. Hari Selasa yang mengakibatkan ia tak bisa berjalan dan harus menggunakan tongkat. Entah kenapa, kesialannya selalu terjadi di hari Selasa.
"Gesha jangan bilang begitu, donk. Kalau Selasa tidak ada, mau diganti jadi hari apa? Selisi?" Gurau ibunya.
"Pokoknya Gesha gak mau sekolah kalau hari Selasa!" ujarnya sambil masih cemberut di tempat tidurnya.
Ancaman Gesha ternyata terbukti. Pada hari Selasa berikutnya, Gesha melakukan aksi mogok sekolah. Percuma saja ibunya berteriak membangunkannya.
"Gesha gak mau sekolah !! Ini hari Selasa, Bu! Nanti aku sial lagi!" rengek Gesha.
"Kamu harus sekolah!" kata ibunya tegas.
"Gesha gak mau sekolah !" tegas Gesha keras kepala.
Ibunya mulai jengkel. Untung ayahnya datang menenggahi.
"Ya, sudah! Tidak apa-apa, kok, kalau kamu tidak mau sekolah. Ibu tolong bikin saja surat sakit buat Gesha. Nanti Ayah yang mengantarkan ke sekolah," ucap Ayah. Ibu mengangguk pasrah.
Sebenarnya hari itu Gesha ingin sekali sekolah. Temannya, Icha, berulang tahun di Selasa itu.
Gesha sudah menyiapkan kado untuknya. Sayangnya, karena ia tak ingin ada hal buruk yang terjadi, Gesha terpaksa tidak berangkat ke sekolah. Ia berniat mengucapkan ulang tahun pada Icha lewat telepon nanti siang.
"Jahat !! Kenapa tadi kamu gak sekolah ? Rame, lo. Aku tadi bagi-bagi kue. Terus, aku traktir temen sekelas makan di kantin. Padahal kalau kamu ada, pasti lebih seru ! Kamu nyesel, deh, gak ikutan. Teman-teman juga pada usil. Tadi aku didorong ke kolam renang. Seru banget, Sha!" cerita Icha sambil mengomel pada Gesha, ketika Gesha menelponnya.
"Ini gara-gara Selasa. Aku sial lagi!" Gesha menangis di ruang tamu selesai menelpon Icha. Ibunya datang menghibur. Gesha menceritakan kesialannya hari itu.
"Gesha..., Gesha! Tadi kamu sendiri yang mogok sekolah. Kenapa jadi menyalahkan hari Selasa ?" Ibu geleng-geleng kepala.
Gesha berusahan meyakinkan ibunya. Ia menceritakan tentang kecelakaan kakinya. Hari Selasa membuat ia harus berjalan menggunakan tongkat selama satu tahun kedepan.
"Sha, hari sial itu gak ada! Semua hari itu baik. Gesha ingat waktu ulang tahun Gesha yang ke-10, lima bulan yang lalu? Itu jatuh pada hari Selasa, kan? Nah, Gesha, kan, tidak sedih dan tidak sial pada hari itu. Pesta ulang tahun Gesha berlangsung meriah dan sukses. Itu membuktikan bahwa hari Selasa memang bukan hari sial," Ibu bercerita panjang lebar.
"Kakimu begitu karena kamu tak mau dengar nasihat Ibu. Ibu, kan, sudah bilang, jangan naik pohon jambu. Eh, kamu naik juga dan enggak bisa turun sendiri. Malah jatuh... Coba kalau kamu dengar nasihat Ibu, tak akan jadi seperti ini," tambah Ibu lagi, panjang lebar juga.
"Ulanganmu jeblok, karena kamu tidak belajar sebelumnya. Kamu malah nonton TV sampai tertidur di sofa. Dan masalah hari ini, juga karena salahmu. Kenapa tak mau sekolah, padahal Icha ulang tahun sekarang? Kamu tidak bisa menyalahkan Selasa terus. Kasihan Selasanya..." Ibu akhirnya berhenti bicara.
"Jadi ibu menyalahkan Gesha?" Gesha cemberut.
"Bukan menyalahkan. Tapi menurut Ibu, semua hari itu baik. Kita yang menjalani harinya yang kurang hati-hati mengambil keputusan. Sial tidaknya kita itu, tergantung pada apa yang kita pilih. Ya mungkin saja, akibatnya terjadi di hari Selasa. Contohnya, kalau kita bolos di hari Senin, kita dihukum di hari Selasa..."
Gesha menarik napas dalam-dalam. Pikirannya mulai terbuka. Hari Selasa memang bukan hari sial. Kalau kita berdoa, dan hati-hati bertindak, tentu tak akan mudah kena sial.
"Bu, maafkan Gesha, ya, karena tidak mendengar nasihat Ibu!" Gesha segera memeluk Ibunya, "Gesha janji, akan berdamai dengan Selasa," ucapnya lagi sambil tersenyum. Ibunya tersenyum lebar dan mencium pipi Gesha.
Setelah hari itu, Gesha semakin ceria. Beberapa minggu kemudian, ia tak perlu lagi memakai tongkatnya karena kakinya sudah sembuh. Kini Gesha rajin berdoa dan berhati-hati setiap hari. Maka, tak ada lagi kesialan di hari Selasa. Icha mentraktirnya es krim di hari Selasa lalu. Dan di hari Selasa ini, ia mendapat nilai 100 pada ulangan matematika. Ia benar-benar telah berdamai dengan hari Selasa.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger... My Ping in TotalPing.com