"Gesha benci Selasa!!!" teriak Gesha keras. Gadis berumur 10 tahun ini duduk di kelas 4 SD. "Gesha benci Selasa!!!" teriaknya lagi sambil membanting tas sekolah ke tempat tidurnya.
"Gesha kenapa, sih? Pulang sekolah, kok, marah-marah?" Ibunya datang tergesa mendengar teriakan puterinya itu.
"Gesha benci Selasa, Bu! Kenapa sih, Gesha selalu sial di hari Selasa?" tangisnya.
Hari itu memang hari Selasa. Dan hari itu, memang cukup sial buat Gesha. Tadi di sekolah, tongkat yang membantunya berjalan disembunyikan oleh teman-temannya yang usil. Nilai ulangan Bahasa Indonesia-nya juga jeblok. Padahal itu pelajaran kegemarannya.
Gesha teringat, dulu ia mengalami kecelakaan pada hari Selasa juga. Hari Selasa yang mengakibatkan ia tak bisa berjalan dan harus menggunakan tongkat. Entah kenapa, kesialannya selalu terjadi di hari Selasa.
"Gesha jangan bilang begitu, donk. Kalau Selasa tidak ada, mau diganti jadi hari apa? Selisi?" Gurau ibunya.
"Pokoknya Gesha gak mau sekolah kalau hari Selasa!" ujarnya sambil masih cemberut di tempat tidurnya.
Ancaman Gesha ternyata terbukti. Pada hari Selasa berikutnya, Gesha melakukan aksi mogok sekolah. Percuma saja ibunya berteriak membangunkannya.
"Gesha gak mau sekolah !! Ini hari Selasa, Bu! Nanti aku sial lagi!" rengek Gesha.
"Kamu harus sekolah!" kata ibunya tegas.
"Gesha gak mau sekolah !" tegas Gesha keras kepala.
Ibunya mulai jengkel. Untung ayahnya datang menenggahi.
"Ya, sudah! Tidak apa-apa, kok, kalau kamu tidak mau sekolah. Ibu tolong bikin saja surat sakit buat Gesha. Nanti Ayah yang mengantarkan ke sekolah," ucap Ayah. Ibu mengangguk pasrah.
Sebenarnya hari itu Gesha ingin sekali sekolah. Temannya, Icha, berulang tahun di Selasa itu.
Gesha sudah menyiapkan kado untuknya. Sayangnya, karena ia tak ingin ada hal buruk yang terjadi, Gesha terpaksa tidak berangkat ke sekolah. Ia berniat mengucapkan ulang tahun pada Icha lewat telepon nanti siang.
"Jahat !! Kenapa tadi kamu gak sekolah ? Rame, lo. Aku tadi bagi-bagi kue. Terus, aku traktir temen sekelas makan di kantin. Padahal kalau kamu ada, pasti lebih seru ! Kamu nyesel, deh, gak ikutan. Teman-teman juga pada usil. Tadi aku didorong ke kolam renang. Seru banget, Sha!" cerita Icha sambil mengomel pada Gesha, ketika Gesha menelponnya.
"Ini gara-gara Selasa. Aku sial lagi!" Gesha menangis di ruang tamu selesai menelpon Icha. Ibunya datang menghibur. Gesha menceritakan kesialannya hari itu.
"Gesha..., Gesha! Tadi kamu sendiri yang mogok sekolah. Kenapa jadi menyalahkan hari Selasa ?" Ibu geleng-geleng kepala.
Gesha berusahan meyakinkan ibunya. Ia menceritakan tentang kecelakaan kakinya. Hari Selasa membuat ia harus berjalan menggunakan tongkat selama satu tahun kedepan.
"Sha, hari sial itu gak ada! Semua hari itu baik. Gesha ingat waktu ulang tahun Gesha yang ke-10, lima bulan yang lalu? Itu jatuh pada hari Selasa, kan? Nah, Gesha, kan, tidak sedih dan tidak sial pada hari itu. Pesta ulang tahun Gesha berlangsung meriah dan sukses. Itu membuktikan bahwa hari Selasa memang bukan hari sial," Ibu bercerita panjang lebar.
"Kakimu begitu karena kamu tak mau dengar nasihat Ibu. Ibu, kan, sudah bilang, jangan naik pohon jambu. Eh, kamu naik juga dan enggak bisa turun sendiri. Malah jatuh... Coba kalau kamu dengar nasihat Ibu, tak akan jadi seperti ini," tambah Ibu lagi, panjang lebar juga.
"Ulanganmu jeblok, karena kamu tidak belajar sebelumnya. Kamu malah nonton TV sampai tertidur di sofa. Dan masalah hari ini, juga karena salahmu. Kenapa tak mau sekolah, padahal Icha ulang tahun sekarang? Kamu tidak bisa menyalahkan Selasa terus. Kasihan Selasanya..." Ibu akhirnya berhenti bicara.
"Jadi ibu menyalahkan Gesha?" Gesha cemberut.
"Bukan menyalahkan. Tapi menurut Ibu, semua hari itu baik. Kita yang menjalani harinya yang kurang hati-hati mengambil keputusan. Sial tidaknya kita itu, tergantung pada apa yang kita pilih. Ya mungkin saja, akibatnya terjadi di hari Selasa. Contohnya, kalau kita bolos di hari Senin, kita dihukum di hari Selasa..."
Gesha menarik napas dalam-dalam. Pikirannya mulai terbuka. Hari Selasa memang bukan hari sial. Kalau kita berdoa, dan hati-hati bertindak, tentu tak akan mudah kena sial.
"Bu, maafkan Gesha, ya, karena tidak mendengar nasihat Ibu!" Gesha segera memeluk Ibunya, "Gesha janji, akan berdamai dengan Selasa," ucapnya lagi sambil tersenyum. Ibunya tersenyum lebar dan mencium pipi Gesha.
Setelah hari itu, Gesha semakin ceria. Beberapa minggu kemudian, ia tak perlu lagi memakai tongkatnya karena kakinya sudah sembuh. Kini Gesha rajin berdoa dan berhati-hati setiap hari. Maka, tak ada lagi kesialan di hari Selasa. Icha mentraktirnya es krim di hari Selasa lalu. Dan di hari Selasa ini, ia mendapat nilai 100 pada ulangan matematika. Ia benar-benar telah berdamai dengan hari Selasa.
Gesha Benci Selasa
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment